Friday, July 7, 2017

How to travel Lombok save

Remember, crimes happen not because there is intent of the culprit. But also because there is a chance to do that. So Beware!
due to lots of friends  of mind and tons of people complaining about  poorness of the security of trevel in lombok, for me as " dedara sasak" ( lombok local girl) highly doesn't agree with this, so here some advice from me because again the victim have to know how not being a victim.

1. Dresses like them

People Who live all over Lombok is the original primitive lombok ( sasak tribe ) who still not commonly with foreign people, its not kinda racist​ but its just mind set of primitive sasak tribe it  caused Attention will be all over you when you dress up differently, well its common stuff for any places, especially primitive  lombok people who still having one weird feeling for any foreign, For example routine lombok people dress using temben ( manual skirts)  for women and sarung ( skirt for man). And use sleeves upper both man and woman and use some hand cover, songkok ( man hat), tedung ( women head scarf).

2. Speak their language

Language having special meaning  in Lombok people ( sasak tribe) local language is different on the region, each 8 region in lombok speak 8 difference languages, me as east Lombok speak " bahasa pengkura aka bahasa suralaga" and also will having some differences of dialect when you got little move to another  dorf even, so after you dress like them, then you speak like them there is no reason for them to have criminal mind they will have assumption that you are a part of them.

3. Act like them

Go to a lombok traditional market or a public place, then Take a sit and have a deeply watch to everyone who pass over there, watch how they move their hand, how they walk, how they communicate with each other, how they touch their friend,  and copy everything as your own during staying.

4. Bring a cerurit ( sasak tribe traditional sword)

Cerurit is strong Symbol of lombok, if you have cerurit with you it is mean that " i am a strong and dangerous don't play around with me " it will hold people talk with you, touch you and have bad intention to you,  Cerurit is everything in " suku sasak" like every  single strong people  in lombok and Lombok hero having their own cerurit with their own story, and cerurit having high value of power in the eye of " dengan sasak",

so that's some tips for me, so happy safe trevel around lombok :)

Saturday, July 1, 2017

Ingwer für washing

How to use ingwer für ditergent

1 300gr ingwer für half basket of

Dirty laundry.

2. Milled until soft

3. Mix it with some water

4. Strain those Ingwer out them ground

5.  Ingwer ready to use

I use Ingwer  for drink, soup, shampoo and ditergent literally everything

Wednesday, June 14, 2017

Awas bahaya yahudi

Yahudi Internasional adalah sebuah lembaga yang disiapkan khusus untuk menghancurkan Islam, sejak dulu sampai sekarang dan sampai masa yang akan datang. Berbagai program mereka terus lakukan, agar umat Islam keluar dari agamanya kemudian mereka semua beralih masuk ke agama Yahudi dan murtad untuk selama-lamanya. Kesepuluh program itu adalah Takkim, Shada, Parokim, Libarim, Babill, Onan, Protokol, Gorgah, Plotisme, dan Qornun. Berikut uraiannya;

1. Program Takkim

Pada masa Nabi Isa’alaihissalaam, dimana orang-orang Yahudi dengan segala tipu dayanya ingin membunuh Nabi Isa diantaranya dengan fitnah keji “ingin menjadi raja orang Yahudi”. Mereka berusaha menghancurkan ajarannya yang tersebar dengan Takkim, yakni: merusak ajaran yang ada dengan mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, merusak aqidah tauhid jadi trinitas, merusak injil yang ada dan menulis injil palsu, Saus (Paulus) dijadikan Nabi Isa tandingan.

Akibat Program Takkim itu, ajaran Nabi Isa porak-poranda. Kemudian timbullah ajaran baru buatan yahudi yang bermacam-macam jenis dan coraknya.

Program Takkim pada masa Islam, pertama pada masa Rasulullah. Dimana orang-orang yahudi memupuk munafiqin dan mudahin. Mereka berusaha mengacaukan ajaran Islam, memfitnah isteri Nabi, memecah-belah anshor dan muhajirin, membuat masjid dhiror. Tokohnya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Kedua adalah dengan memecah-belah sayyidina Ali bin Abu Thalib dengan Mu’awiyah.

2. Program Libarim

Menyiapkan etika klasik yang mengekang pergaulan muda-mudi, termasuk melalui penyebaran seksual, persamaan hak laki-laki dan perempuan (kesetaraan jender) dalam hal waris dan pakaian, menghapus hukum yang melarang kawin lintas agama, untuk melahirkan generasi bebas agama (faham pluralisme agama).

Pengembangan pendidikan seks di sekolah-sekolah, menggembalakan pemuda-pemudi goyyim (non yahudi) ke alam khayal, dunia musik dan narkoba. Memperbanyak Bet satan (rumah setan) di setiap tempat untuk menampung pemuda-pemudi dalam alamnya. Mengorganisir kaum gay, Lutherian, Lesbian serta pengakuan hak mereka dalam hukum (menghalalkan perkawinan sesama jenis).

3. Program Plotisme

Mendidik alim-ulama Plotis yang fahamnya terapung (ambang-nyeleneh). Alim-ulama plotis itu disebarkan sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah Islam atau lembaga-lembaga Islam. Alim-ulama plotis itu harus menjadi anggota kehormatan Freemasonry.

4. Program Shada

Yaitu membuat atau membentuk agama baru dan agama tandingan di seluruh dunia. Seperti di Amerika Serikat, muncul gereja setan, Mormon, Saksi Yehova, Advent, Gereja anak Tuhan dsb. Di India, ketika umat Islam bangkit untuk kembali kepada ajaran Al-Quran dan sunnah dan berusaha mengobarkan jihad fisabilillah, kaum penjajah Inggris bekerja-sama dengan pihak freemasonry mendirikan gerakan anti jihad. Pertama, menggalakkan sufi dengan perantaraan alim-ulama bayaran. Kedua, dengan gerakan kemahdian yang memuji-muji Inggris dan melarang perang melawan Inggris.

Ditunjuknya seorang freemasonry Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan dirinya sebagai Al-Mahdi, al-masih almaud yakni Nabi Isa yang turun kembali, karena Nabi Isa bani Israel sudah wafat di Srinagar Kashmir. Mengaku sebagai Nabi akhir zaman yang tidak membawa syariat, budha awatara, mesio darbahmi, krisna. Menurutnya bahwa wahyu terus turun dalam bahasa Arab, Parsi dan Urdu. Ditulisnya sendiri wahyu itu dalam Hakikatul wahyu, Anjam Atham, Hamamatul Busra dan buku-buku lainnya.

5. Program  Onan

Mengekang pertambahan keturunan bangsa Goyyim (non Yahudi), menyuburkan perempuan-perempuan Yahudi menjadi peridi.

6. Program Protokol

Adalah program khusus untuk program bangsa Yahudi dalam Suhyuniah (zionisme) berupa penghancuran ekonomi suatu negara sehingga negara itu tergantung kepada Yahudi. Penghancuran moral suatu bangsa. Meruntuhkan pemerintahan suatu negara yang membenci Yahudi dan mengangkat penguasa baru (penguasa boneka) yang dapat dipermainkan Yahudi.

Dengan program protokol ini, bangsa Yahudi dapat menjadi penguasa ekonomi dunia, pengatur politik dunia dan penerang dunia. Sehingga, seluruh bangsa akan tunduk kepada isme-isme Yahudi, akhirnya bangsa Yahudi mendirikan Israel Raya dan didukung oleh negara-negara yang telah diperbudaknya.

7. Program Babill

Yakni memupuk asas kebangsaan setiap bangsa dan menjaga kemurnian bangsa Yahudi.

8. Program Gorgah

Merusak para pemimpin negara, agama dan partai. Mereka harus dijerumuskan ke dalam pasar seks dengan seribu satu jalan. Pepatah yahudi mengatakan, jadikanlah perempuan cantik itu untuk alat suatu permainan siasat. Membuat jerat dan jala seks bagi seseorang yang terhormat. Jika terjerat, namanya disiarkan sehingga kehormatannya jatuh.

Menyebarkan agen Kasisah, yakni intelijen Freemasonry untuk menghancurkan martabat lawan di tempat-tempat maksiat. Melemahkan pasukan lawan dengan perempuan dan obat bius. Mendirikan gedung perjudian terbesar dan modern yang didalamnya penuh dengan pemalsuan dan kelicikan yang menguntungkan yahudi.

9. Program Parokim

Membuat gerakan yang bertentangan untuk satu tujuan. Mengembangkan freemasonry lokal dalam suatu negara dengan nama lokal, tetapi tiada lepas dari asas dan tujuan freemasonry. Mendukung teori-teori yang bertentangan. Membangkitkan khurafat agama dan menyiarkan teori Sigmund Freud dan Darwin, sehingga antara agama dan ilmu pengetahuan bersaing, kalah mengalahkan.

Harus memperalat pimpinan pemerintahan suatu negara dengan cara apapun termasuk dengan uang suap dan wanita cantik. Mendirikan sekolah khusus untuk mendidik mahasiswa terpilih dari setiap negara. Guru-guru kelompok ini harus benar-benar mendidik, mendoktrin dan mencuci otak mereka agar berfikiran freemasonry murni. Jika mereka kembali ke negerinya, himpunan freemasonry berusaha keras untuk menempatkan mereka ke posisi atas dan penting agar mereka menjadi pelaksana kebijakan yang sudah digariskan. Freemasonry harus menguasai seluruh media massa yang berpengaruh.

10. Program Qornun

Dimana orang-orang terpilih yang berbahaya bagi freemasonry didukung agar menjadi kaya raya sampai ia bergelimang harta, tetapi akhirnya ia diperas oleh suruhan freemasonry dengan halus. Memberi dana bagi pendidikan agama dalam hal berniga, bertani dan lainnya sampai mereka akan sibuk dalam keduniaan. Lawan-lawan freemasonry agar terjerat riba dari bank Freemasonry.

Menghasut dan memberi jalan dengan berbagai siasat, agar para pejabat bank di luar bank yahudi melakukan korupsi, sehingga bank itu hancur. Kelak bank itu dibantu oleh freemasonry dengan ikatan kuat. Bank itu berdiri kembali dengan 75% modal yahudi. Kemudian pimpinan bank dan karyawan bank tersebut diberi ajaran freemasonry dan sebagian menjadi anggotanya.

Imunisasi bahaya loh !

BAHAYANYA VAKSINASI BAGI ANAK

Wahai ummat Islam waspadalah, inilah sebab dan alasan kenapa bayi dan anak-anak kita tidak boleh imunisasi..

Qodarulloh, setelah mencari-cari informasi, bukan hanya ilmu tentang baik atau buruk sebenarnya vaksinasi tersebut, saya justru mendapatkan lebih, tentang indikasi kuat adanya konspirasi Yahudi –lagi-lagi Yahudi Laknatulloh- di balik program vaksinasi ini. Berikut saya ringkaskan artikel “Imunisasi, Siasat Yahudi Lumpuhkan Generasi” dalam Tabloid Bekam pada edisi yang mengangkat Imunisasi sebagai topik utamanya. Semoga bermanfaat.

Apa itu Imunisasi/Vaksinasi?

Bila bibit penyakit penderita TBC, Hepatitis, Meningitis, HIV, Campak, Polio atau penyakit lainnya yang menyarang di tubuh seseorang diambil lantas diolah sedemikian rupa entah dengan istilah dilemahkan atau dilumpuhkan, kemudian bibit penyakit tersebut diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh Anda atau anak Anda! Apakah dengan sukarela Anda menerimanya? Aksi memasukkan bibit penyakit inilah yang akrab disebut vaksinasi atau imunisasi.

Vaksin berasal dari kata vaccinia penyebab infeksi cacar pada sapi. Secara umum, vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi orang dari penyakit. Vaksinasi adalah usaha merangsang daya tahan tubuh dengan memasukkan bibit penyakit yang dilemahkan dan diproses dengan bahan lain.

Sebenarnya vaksinasi atau imunisasi tidak ada hubungannya dengan peningkatan daya tahan tubuh mengingat fungsinya hanya sebagai perangsang sejauh mana daya tahan tubuh seseorang. Padahal daya tahan tubuh/sistem imunitas perlu dilatih berulang-ulang agar selalu siap bila ada mikroorganisme masuk ke tubuh.

“Maka dari itu, yang kita dengar vaksin harus disuntikkan berkali-kali, bila tidak tubuh tidak membentuk sistem imunitasnya. Namun, pada kenyataannya walaupun telah diimunisasi, tetap saja masih banyak yang terkena penyakit. Kenapa ini bisa terjadi, kemungkinan karena kesalahan cara mem-vaksin, penyimpanannya, atau karena vaksin memang tidak efektif.” ungkap dr. Agus Rahmadi, pengasuh Klinik Sehat.

“Sebenarnya vaksin diberikan hanya untuk jaga-jaga (preventif)/belum tentu terjadi. Apakah dengan alasan jaga-jaga, kesehatan justru harus dikorbankan (dipertaruhkan)? Belum lagi vaksin banyak menggunakan unsur haram. Kenapa tidak dengan tahnik, konsumsi madu, dan habbatussauda yang telah terbukti meningkatkan sistem imunitas?”, lanjutnya.

Sejarah Vaksin

Vaksinasi sesungguhnya adalah salah satu dari sekian banyak perilaku keji Yahudi dalam usaha mereka untuk menguasai dunia dengan menyebarkan racun/kuman pembunuh kepada bangsa lain, terutama kaum muslimin.

Diungkapkan dalam Deadly Mist, vaksin dijadikan senjata biologis pemusnah massal sistematis oleh zionis dan kroninya sejak abad ke-18, diawali oleh Jenderal Jeffrer Amherst yang menghabisi suku Indian dengan menyebarkan kuman dan penyakit yang disisipkan dalam selimut dan handuk yang dibagikan ke suku tersebut.

Pada abad ke-19, serum/kuman, virus, dan materi berbahaya lainnya dijadikan senjata senjata biologi dalam peperangan atau pemusnahan massal serta penyebaran racun yang menghancurkan otak dan sistem saraf pusat.

Pada abad ke-20, vaksin modern dikelola oleh Flextner Brothers, yang penelitiannya tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh keluarga Rockefeller yang merupakan salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia dan bagian dari Zionis International yang memprakasai pendirian WHO dan lembaga dunia lainnya.

Singkatnya, dari data historis, vaksinasi merupakan bagian dari strategi dan misi “pengendalian” jumlah penduduk oleh Zionisme International dalam rangka menggapai misi New World OrderI. Mereka meraup dua keuntungan sekaligus, “pengendalian” jumlah penduduk dan menuai keuntungan yang besar.

Vaksin dan Kepentingan Bisnis

Boleh jadi pula niat busuk Yahudi dalam program vaksinasi ini senada dengan teori bila ingin senjata laku, maka ciptakan perang. Dalam hal ini bila ingin obat laku, ciptakan penyakit! Dengan strategi ini, Yahudi berusaha membuat bangsa lain menderita sekaligus menguras isi kantongnya dengan alasan kesehatan. Sasaran vaksin adalah negara-negara berkembang yaitu Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Yang mengambil keuntungan adalah negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Adanya kepentingan bisnis dan siasat merusak kesehatan manusia di balik imunisasi ini semakin mudah dipahami apalagi bila dicermati bahwa imunisasi/vaksinasi merupakan perbuatan yang membingungkan dan sulit dipahami dan diterima akal sehat serta bertentangan dengan aturan Islam.

Permasalahan Vaksin Lainnya

Vaksin yang selama ini dikembangkan adalah salah satu produk farmasi, dimana kehalalan produk-produk farmasi sendiri dikritisi oleh Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim. Ketus MUI pun menegaskan bahwa hukum mengkonsumsi obat dan vaksin sama dengan hukum mengkonsumsi makanan, yakni harus halal. Bahkan boleh jadi, bila dikaji, pemberian vaksin juga bertentangan dengan aturan Badan POM RI yang tidak memberikan izin edar produk yang bersumber dari bahan tertentu.

Penggunaan bahan haram dalam pembuatan vaksin pun diakui oleh produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT. Biofarma, seperti pernah diungkapkan oleh Drs. Iskandar, Apt., MM., ketika menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT. Biofarma bahwa enzim tripsin babi masih digunakan dalam pembuatan vaksin, khususnya vaksin polio (IPV).

Sementara Kepala Divisi Produksi vaksin virus PT. Biofarma, Drs. Dori Ugiyadi mengatakan, “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk produksi vaksin polio dan sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak.”

Logika Vaksin

Bayi yang baru lahir dianugerahi oleh Allah tubuh yang sempurna, lengkap dengan sistem kekebalan tubuh. Bayi yang belum tahu apa-apa, belum mengenal selain tangis dan tawa, makan/minum, dan tidur tentu tak mampu menolak apa pun yang duimasukkan ke tubuhnya. Ayah ibu lah yang memilah dan memilih apa yang terbaik untuk ditelen atau dimasukkan ke tubuh buah hatinya.

Mungkinkah orang tua membiarkan begitu saja ragam racun ditelan dan bersarang di pembuluh darah dan organ-organ tubuh anak kesayangannya? Di sisi lain, mungkinkah racun merupakan media yang tepat untuk menjaga kesehatan? Bayangkan pula bila racun tersebut berasal dari babi, bangkai, darah dan nanah! Mungkinkah seseorang yang karena hanya ingin menguji daya tahan tubuhnya harus menelah bahan-bahan haram dan berbahaya?

Bukankah vaksinasi hanya menambah orang yang terinfeksi penyakit dan terjadinya penyebaran penyakit di daerah/negara tertentu padahal sebelumnya aman-aman saja?

Hentikan Vaksin!

Setelah merenungkan agenda busuk Yahudi serta dampak buruk vaksin, cukup banyak tenaga medis yang menghentikan dan menentang vaksinasi, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Bidan Emma, menghentikan program imunisasi di kliniknya karena tidak ingin men-dzolimi bayi dan masyarakat dengan memasukkan barang-barang haram dan membahayakan kesehatan. Menurutnya, semisal vaksin hepatitis B membuat organ-organ tubuh bayi terutama liver menjadi sangat terpaksa merespon virus-virus dan zat kimia sehingga memungkinkan terjadinya kelemahan liver untuk tahap kehidupan berikutnya.

Dr. Fadilah Supari saat menjabat sebagai Menteri Kesehatan secara terang-terangan mendesak kajian ulang mengenai kebaradaan Namru 2 (Naval Mediacal Research Unit), proyek riset militer AS dalam masalah vasin. Selain itu, dia juga menentang proyek jual beli virus flu burung dan bisnis-bisnis kotor Amerika lainnya.

Siti Fadilah, anggota Dewan Penasihat Presiden, mengamati adanya konspirasi AS dan WHO dalam mengembangkan senjata biologis virus flu burung sehingga ia dinilai “membuka kedok” WHO yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang merugikan negara-negara miskin.

Bahkan Amerika Serikat sendiri telah mendirikan The Vaccine Adverse Events Reporting Sistem (VAERS) yang mencatat berbagai reaksi buruk yang disebabkan oleh berbagai program vaksinasi. Menurut laporan VAERS, tercatat 244.424 kasus, dengan 2.866 kasus berujung kematian sejak tahun 1999-2002.

Demikan pula masyarakat di AS, Kanada, dan beberapa negara Eropa seperti Inngris, Perancis, dan Belanda telah membatalkan beberapa program vaksinasi.

***

Demikian tulisan ringkas ini semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Sebenarnya masih banyak hal-hal penting lainnya yang mungkin terlewat tidak saya tuliskan di sini, seperti kisah-kisah nyata tentang anak-anak yang justru tumbuh lebih sehat tanpa imunisasi dan sebaliknya, kisah tentang tragedi yang terjadi akibat imunisasi pada bayi, dsb.

Setelah membaca informasi-informasi tersebut juga informasi dari artikel-artikel di internet, saya bertekad tidak akan memberikan vaksinsasi kepada anak-anak saya nanti, insyaAllahu Ta`ala. Semoga Allah melindungi kita semua. Allohu Ta`ala A`lam.

Sumber: http://estehmanishangatnggakpakegula.blogspot.com/

Rujukan:

silakan baca buku:

1. Imunisasi, Dampak & Konspirasi; Solusi Sehat ala Rasulallah SAW, yang ditulis oleh Hj. Ummu Salamah, SH., Hajjam.

2. Deadly Mist, Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia, oleh Jerry D. Gray.

Dalam pembuatan vaksin, unsur binatang termasuk babi sering dipakai sebagai media untuk membiakkan bibit vaksin dari kuman yang dilemahkan. Media ini berfungsi sebagai pemotong rantai kimia tertentu, sehingga bersinggungan dengan bahan baku pembuatan vaksin. Namun dengan berkembangnya teknologi, pembuatan vaksin pun sudah tidak lagi dibiakkan pada embrio anjing, babi atau manusia.

“Pendapat tersebut bersumber dari tulisan 50 tahun lalu (tahun 1961-1962). Teknologi pembuatan vaksin telah berkembang sangat pesat, sehingga sangat jauh berbeda dengan pembuatan vaksin pada tahun 1950an. Saat ini, tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi atau manusia,” tulis Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Sekretaris Satgas Imunisasi PP IDAI, dalam penjelasannya pada detikHealth.

Menurut Dr. Soedjatmiko, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15-20 tahun lalu, proses panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi induk bibit vaksin tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan total dengan cara ultrafilterisasi ratusan kali, sehingga vaksin yang diberikan kepada anak tidak mengandung tripsin babi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan khusus.

“Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin tersebut dapat dipakai, selama belum ada penggantinya. Contoh vaksin meningokokus haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus,” lanjut Dr. Soedjatmiko. Lagipula, vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, pabrik vaksin BUMN yang telah berpengalaman selama 120 tahun, dengan mayoritas karyawannya adalah muslim.

Proses penelitian dan pembuatannya pun mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Dan sejak tahun 1997 sampai saat ini, PT Bio Farma pun telah mengekspor produknya ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam seperti Iran, Pakistan, Malaysia, Mesir dan negara lainnya seperti India, Thailand, Afrika Selatan dan lainnya. (mer/ir)

sumber : http://health.detik.com/read/2012/06/20/145411/1946241/775/apakah-bahan-dasar-vaksin-cuma-dari-babi

Cara membuat vaksin

Pembuatan vaksi melalui beberpa tahap, dan kita akan mencontohkan pembuatan vaksin polio ditempuh dengan mengebangbiakkan virus polio untuk pembuatan vaksin polio inaktif ( IVP ) virus polio dikembangbiakkan dengan menggunakan sel vero ebagai  media pembiakan ( sel ginjal kera ) dengan tahapan sebagai berikut :

Penyiapan media ( sel vero ) untuk pengembangbiakkan virus

Penanaman  / inokulasi virus

Pemanenan virus

Pemurnian virus

Inaktivasi / atenuasi virus

Penyiapan media ( sel vero ) dilakukan dengan menggunakan mikrokarier yaitu bahan pembawa yang akan mengikat sel tersebut, bahan tersebut adalah NN Diethyl Amino Ethyl ( DEAE ) dan pada proses selamjutnya sel vero ini harus dilepaskan dari mikrokarier dengan menggunakan enzim tripsin ( pankreas babi ) selanjutnya pembuangan nutrisi dengan cara dicuci dengan menggunakan larutan PBS buffer larutan ini kemudian dinetralkan dengan serum anak sapi ( calf serum ). Sel – sel vero yang sudah dimurnikan  dan dinetralisasi itu kemudian ditambahkan mikrokarier yang baru dan ditempatkan di bioreactor yang lebih besar dan didalamnya ditambahkan nutrisi dan virus siap untuk dibiakkan. Sel vero yang sudah berkambang biak dan bertambah jumlahnya kemudian dilepaskan lagi dari mikrokriernya dengan tripsin babi dan proses ini dilakukan berulang – ulang sampai dihasilkan jumlah yang di inginkan.

Titik kritis dari pembuatan vaksin adalah penggunaan tripsin babi yang sampai saat ini masih berlangsung. Sehingga kita harus benar – benar mengkaji dan berfikir ulang seberapa pentingkah vaksinasi bagi anak – anak dan diri kita ?

Sampai disini dulu pembahan kita dan akan kita lanjutkan pada pembahan yang lain dan masih seputar Vaksin / imunisasi, sekian dan terimakasih….salam sehat selalu

Uni soviet

Dikutip dari : Kompas.com

Hari ini 26 Desember tepat 21 tahun yang lalu secara resmi tamatlah riwayat sebuah negara terbesar wilayahnya di era modern yaitu Uni Soviet. Negara yang secara kultur masuk ke Eropa namun secara geografis membentang ke selatan dan tenggara masuk Asia Tengah ke utara dan timur melewati Siberia sampai berbatasan lewat selat dengan Alaska.

Nama resmi negara tersebut dalam bahasa Inggris adalah Union of Soviet Socialist Republics ( USSR ) sering juga disebut Soviet Union. Sebelum tahun 90an, kalau sering lihat tulisan CCCP pada kostum atlet yang bertanding di Olimpiade atau pemain tim nasional sepakbola , itu adalah singkatan negara USSR dalam bahasa Rusia. Ya, Rusia adalah negara 'induk' yang membentuk Uni Soviet selain beberapa negara lain di Eropa Timur, Kaukasus dan Asia Tengah.

Kekalahan perang Rusia pada Perang Dunia I yang membawa dampak kekacauan ekonomi, sosial dan politik serta menguatnya Partai Komunis menjadi latar belakang terbentuknya negara ini. Revolusi Oktober 1917 yang dilancarkan kaum Bolshevik  yang dimotori para buruh (proletar) berpaham komunis  berhasil menumbangkan sistem monarki dibawah Tsar Nicholas II, kaisar terakhir kekaisaran Rusia. Dilanjutkan Perang Sipil antara Tentara Merah ( terdiri dari buruh dan petani ) yang dibentuk kaum Bolshevik melawan Tentara Putih yang merupakan kaum Nasionalis Rusia yang merupakan sisa sisa kekuatan Tsar. Perang Sipil berakhir dimenangkan kaum Bolshevik dan membentuk negara baru Uni Soviet pada Desember 1922. Pemimpin kaum Bolshevik, Vladimir Lenin menjadi pemimpin pertama Uni Soviet yang memerintah dari tahun 1922 - 1924. Jika Karl Marx adalah seorang penggagas komunisme maka Lenin adalah orang pertama yang mampu menerapkannya sebagai landasan bernegara. Pada masa Uni Sovyet kepala pemerintahan adalah juga pemimpin Partai Komunis ( biasanya Sekjen ) dan kekuasaannya cenderung absolut dan otoriter. Pada masanya, Lenin mengubah nama kota terindah yang merupakan kota terbesar kedua setelah Moskow yaitu Saint Petersburg - sempat bernama Petrograd - menjadi Leningrad ( artinya kota Lenin ). Setelah Uni Sovyet bubar pada tahun 90an nama Saint Petersburg di pakai lagi hingga kini.

Leon Trotsky, orang kepercayaan Lenin sempat menjadi pemimpin sebentar sepeninggal Lenin pada tahun 1924 sebelum disingkirkan oleh intrik politik dalam internal partai komunis yang dimotori oleh Joseph Stalin. Joseph Stalin, seorang pria dari Georgia merupakan pemimpin Uni Sovyet paling lama sekaligus di masa dia Uni Sovyet mengalami masa suram sekaligus 'kegemilangan'. Musibah kelaparan dikarenakan kebijakan pertanian yang salah, kontrol negara yang sangat represif melalui polisi rahasia NKVD hingga kegemilangan dalam Perang Dunia II. Stalin adalah pemimpin Sovyet paling berlumur darah. Korbannya bukan hanya rakyatnya sendiri bahkan rival politik di internal Partai Komunis tak luput dari kekejamannya. Tak mau kalah dengan Lenin dia mengubah nama kota industri Volgograd menjadi Stalingrad ( kota Stalin ). Kelak setelah Stalin meninggal di tahun 1953 dan dengan adanya gerakan de-Stalinasi namanya kembali jadi Volgograd ( kota ditepi sungai Volga ). Kota ini dikenal pada peristiwa ' The Battle of Stalingrad ' pertempuran paling sengit pada masa PD II dimana pasukan Nazi Jerman mengalami kekalahan pertama dan terbesar. Kekalahan yang menghancurkan mitos tentara Nazi Jerman tak terkalahkan dan menjadi titik balik PD II karena setelah itu Tentara Merah terus merangsek maju ke barat hingga menduduki Berlin, ibukota Jerman.

Pasca PD II, Uni Sovyet menduduki negara negara Baltik dan menjadikan negara negara Eropa Timur taklukan sebagai negara satelitnya dengan kontrol yang ketat dan memaksakan paham komunis/sosialisme sebagai ideologi negara. Dan mulailah dunia mengalami apa yang disebut Perang Dingin. Perang Dingin dimulai pasca PD II antara blok Barat yang dimotori Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya melawan blok Timur dimana Uni Sovyet dan Eropa Timur sebagai sekutunya. Blok Barat membentuk NATO ( Pakta Pertahanan Atlantik Utara ) sedangkan blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Pertarungan sekaligus melibatkan ideologi demokrasi - kapitalisme melawan komunis - sosialisme. Dimulailah era perlombaan senjata nuklir, perlombaan ke ruang angkasa hingga berebut pengaruh di dunia ketiga termasuk Indonesia.

Pada tahun 60an walaupun Indonesia tergabung dalam gerakan non blok namun lebih mesra dengan blok Timur. Mungkin pilihan ini didasari karena Indonesia sedang dalam upaya pembebasan Irian Barat melawan Belanda dan konfrontasi dengan Malaysia yang didukung Inggris. Praktis keduanya didukung blok Barat sehingga Bung Karno menjalin aliansi dengan Nikita Kruschev - pengganti Stalin - karena Presiden AS John F Kennedy menolak memberikan bantuan militer ke Indonesia. Keberadaan Partai Komunis Indonesia tidak bisa dilepaskan dari aliansi ini. Bantuan persenjataan dari Uni Sovyet membuat Indonesia menjadi kekuatan militer terbesar di belahan bumi selatan. Bayangkan AL kita sudah mengoperasikan kapal selam yang ikut Operasi Mandala membebaskan Irian Barat. Angkatan Udara dilengkapi dengan pesawat temput tercanggih saat itu MIG buatan Sovyet. Namun intrik politik dalam negeri di tahun 65-66 mengakhiri kemesraan Indonesia dengan Uni Sovyet ( dan China ). Indonesia menjadi ajang berebut pengaruh antara blok Barat dan Timur. Ditengarai ada peran CIA dalam prahara politik tahun 1965-1966. Dan sejak orde Baru, Presiden Suharto lebih bersahabat dengan blok Barat meski Indonesia tetap Non Blok. Hal ini berpengaruh pada beberapa mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di negara blok Timur tidak bisa pulang karena dihentikan bea siswanya dan cenderung dicap komunis. Monumen peninggalan kerja sama Indonesia - Uni Sovyet yang masih kokoh berdiri adalah Stadion Gelora Bung Karno yang arsitekturnya sama persis dengan Stadion Luzhniki di Moskow. Sementara karena desakan Bung Karno pemerintah Uni Soviet memugar komplek pemakaman ulama Islam Imam Bukhori di kota Bukhara, Uzbekistan yang sebelumnya dibiarkan tidak terawat oleh penguasa Komunis setempat.

Pada masa perang dingin meski tidak ada kontak fisik langsung antara Uni Sovyet dan AS dan sekutunya namun mereka selalu terlibat pada beberapa perang di negara lain dengan menyuplai senjata bahkan tentara. Perang Korea di awal tahun 50an yg memecah Korea jadi dua negara dan masih panas hingga kini. Jika AS tidak menurunkan tentaranya hampir pasti seluruh Korea jatuh ke tangan Komunis. Kemudian pada tahun 1961 dunia di ambang Perang Nuklir dipicu oleh pengiriman rudal Soviet ke Kuba sebagai upaya melindungi Kuba dari serangan AS menyusul insiden Teluk Babi. Moncong moncong rudal telah diarahkan ke daratan AS. Krisis yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba berakhir setelah Presiden Kennedy memberi jaminan ke Kruschev bahwa AS tidak akan menyerang negerinya Fidel Castro tersebut. Kemudian Perang Vietnam yang berakhir dengan jatuhnya Vietnam Selatan yang didukung AS ke dalam dekapan Vietnam Utara yang komunis. Kehadiran ribuan pasukan AS tak bisa menyelamatkan Saigon -kemudian menjadi Ho Chi Minh City- jatuh dan terpaksa menarik pulang pasukannya.  Perang Afghanistan yang berakhir dengan hengkangnya Uni Sovyet diusir pasukan Mujahidin yang mendapat supply senjata dari Amerika. Rudal Stinger banyak memakan korban helikopter dan tank Soviet. Belum lagi beberapa konflik di Timur Tengah dan Amerika Latin selalu menghadirkan dua kekuatan adi daya tersebut.

Dinamika politik dunia benar benar diwarnai oleh persaingan kedua blok tersebut. Tak terkecuali dalam olahraga dimana blok Barat memboikot Olimpiade 1980 di Moskow dan blok Timur membalas ketika Olimpiade berlangsung di Los Angeles pada tahun 1984. Hollywood pun dipenuhi oleh tema tema perang dingin dari Rambo, James Bond hinnga Rocky yang semuanya mempertontonkan superioritas blok Barat atas rivalnya.

Hingga di tahun 80an kebijakan Uni Sovyet yang banyak membantu negara sekutunya membawa konsekuensi kesulitan ekonomi di dalam negerinya.Naiknya Mikail Gorbachev di pertengahan 80an membuat perubahan dengan kebijakan glasnots ( keterbukaan ) dan perestroika( restrukturisasi ekonomi ) nya. Sementara kebijakan luar negeri dia lebih membuka diri dengan musuhnya dengan mengadakan perundingan perlucutan senjata bersama Presiden Ronald Reagan dan penggantinya George Bush Senior. Di satu sisi kebijakan glasnots dan perestroika memberikan kesempatan yang lebih luas pada kebebasan dan demokrasi di dalam negeri sehingga mengancam hegemoni Partai Komunis. Sementara berkurangnya kontrol dan pengaruh terhadap negara negara boneka di Eropa timur menimbulkan revolusi yang menumbangkan rejim tiran. Dari Rumania, Bulgaria, Hongaria, Polandia, Cekoslovakia dan Jerman Timur hingga peristiwa fenomenal robohnya tembok Berlin yang jadi simbol batas blok barat dan blok timur. Di tambah pergolakan di negara negara Baltik ( Lithuania, Estonia, Latvia ) yang berupaya memerdekakan diri sejak diduduki pasca PD II menandai berakhirnya komunisme di Eropa. Menguatnya kubu oposisi yang dipelopori Boris Yeltsin dan melemahnya kontrol Moskow mengakibatkan satu persatu negara negara yang tergabung dalam Uni Sovyet memerdekakan diri. Negara negara tersebut minus 3 negara Baltik dan Georgia membentuk CIS - Persemakmuran Negara-negara Merdeka - yang kemudian mendeklarasikan Uni Sovyet resmi bubar pada tanggal 26 Desember 1991. Dan sejak itu peta politik dunia berubah dari bipolar ( dua kutub kekuatan ) menjadi single polar dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan tunggal yang mengacak acak tatanan dunia.

Berikut daftar negara negara pecahan Uni Soviet ada yang sebagian masuk Asia :

1. Armenia 2. Azerbaijan 3. Belarusia 4. Estonia 5. Georgia 6. Kazakhstan 7. Kyrgistan 8. Latvia 9. Lithuania 10. Moldova 11. Rusia 12. Turkmenistan 13. Tajikistan 14. Ukraina 15. Uzbekskistan

Di luar soal politik Uni Soviet dikenang akan tragedi Chernobyl - sekarang masuk wilayah Ukraina - pada tahun 1985. Tragedi ledakan reaktor nuklir pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) tersebut terasa dampaknya hingga kini karena efek radiasi radioaktif membuat area sekitarnya menjadi kota mati karena lingkungannya tidak sehat dan banyak bayi terlahir cacat. Efek yang sama di Kazakstan dimana lokasi bekas uji coba bom nuklir meninggalkan lubang lubang menganga dan sampah radioaktif yang belum hilang. Kemudian salah satu bencana ekologi terburuk di dunia yaitu hilangnya Laut Aral di Asia Tengah dimana 90 persen luasnya berubah menjadi daratan berdebu karena ambisi rejim Komunis yang salah kelola. Rusia dari segi demografis dan geografis adalah pewaris terbesar Uni Soviet meski sepeninggal komunis/ sosialis justru kapitalisme kini sedang mengamuk di sana dengan melahirkan banyak orang kaya baru. Meskipun produk utamanya ideologi komunis/sosialis tidak lakulagi namun  Uni Sovyet mempunyai produk unggulan yang legendaris hingga kini yaitu Vodka dan senapan otomatis legendaris AK-47. AK-47 ( Avtomat Kalashnikov 1947 ) adalah senapan paling laris dan diproduksi paling banyak hingga menjadi satu satunya senapan otomatis yang pernah jadi simbol dalam bendera  negara Mozambique di Afrika dan bendera milisi Hezbollah di Lebanon. 

Tuesday, June 13, 2017

Ettique reciting quran

 Etiquette (Adab) of reciting the Qur’an

Etiquette (Adab) of reciting the Qur’an

1. Firstly to ensure that ones body and clothes are clean.

2. To make Wudhu before reciting the Qur’an

3. To make sure that the surroundings and the area where one is going to recite the Qur’an is clean.

4. To use Miswaak before reciting the Qur’an

5. To sit facing the Qiblah.

6. To place the Qur’an in a slightly elevated position.

7. Not to feel the urge and need to hasten or finish recitation quickly.

8. To be emotional and weep when reading certain verses like verses of fear and Jahannam and to express happiness and jot when reading the verses of Jannah and glad tidings.

9. One has to imagine, according to Imam Al-Nawawi, that he is talking with Allah, since one recites His Real Words, and He sees us.

10. To read with Tajweed (correct pronunciation).

11. To read A’oozu Billaahi minashaythanirajeem and Bismillah” at the beginning of recitation of each Surah.

12. To read with a sweet distinct and pleasing voice and not a “singing” tone.

13. To read in a loud voice but if one fears insincerity or risk of Showing off or disturbing others then one should read in a low tone especially as not to disturb those who are praying Salah

14. To refrain from idle talk whilst reading the Qur’an. However if one is compelled to talk or answer Salaam then one can do so and start again with “A’oozu Billahi” and “Bismillah”.

15. Rasulallah did not finish the whole Qur’an in less than 3 days. (Ibn Saad)

16. One should not use saliva on the fingers to turn the pages of the Qur'an. 

17. When one fears that a Qur'an may burn, get soaked, that a non-Muslim may touch it, or that it may come into contact with some filth, then one must pick it up if there is no safe place for it, even if one is not in the state of Wudhu or is in need of the obligatory bath, though performing the dry ablution (Tayummum) is Waajib if possible. 

18. It is haraam (forbidden) to use the Qur'an or any book of Islamic knowledge as a pillow. 

(SUNNATS, Mufti E. M. H. Salejee pg 49)

Imam Muhammad Ibn Ahmad Qurtubi says in al-Jami' li ahkam al-Qur'an [Taken from Reliance of the Traveller]

It is the inviolability of the Qur'an

1. Not to touch the Qur'an except in the state of ritual purity in Wudhu, and to recite it when in a state of ritual purity;

2. To brush one's teeth with a tooth stick (Siwak), remove food particles from between the them, and to freshen one's mouth before reciting, since it is the way through which the Qur'an passes;

3. To sit up straight if not in prayer, and not lean back;

4. To dress for reciting as if intending to visit a prince, for the reciter is engaged in an intimate discourse;

5. To face the direction of prayer (Qiblah) to recite;

6. To rinse the mouth out with water if one coughs up mucus or phlegm;

7. To stop reciting when one yawns, for when reciting, one is addressing one's Lord in intimate conversation, while yawning is from the Devil;

8. When beginning to recite, to take refuge from in Allah from the accursed Devil and say the “Bismillah”whether one has begun at the first Surah or some other part one has reached;

9. Once one has begun, not to interrupt one's recital from moment to moment with human words, unless absolutely necessary;

10. To be alone when reciting it, so that no one interrupts one, forcing one to mix the words of the Quran with replying, for this nullifies the effectiveness of having taken refuge in Allah from the Devil at the beginning;

11. To recite it leisurely and without haste, distinctly pronouncing each letter;

12. To use one's mind and understanding in order to comprehend what is being said to one;

13. to pause at verses that promise Allah's favour, to long for Allah Most High and ask of His bounty; and at verses that warn of His punishment to ask Him to save one from it;

14. To pause at the accounts of bygone peoples and individuals to heed and benefit from their example;

15. To find out the meanings of the Qur'an's unusual lexical usages;

16. To give each letter it’s due so as to clearly and fully pronounce every word, for each letter counts as ten good deeds;

17. Whenever one finishes reciting, to attest to the veracity of one’s Lord, and that His messenger (Allah bless him and grant him peace) has delivered his message, and to testify to this, saying:"Our Lord, You have spoken the truth, Your Messengers have delivered their tidings, and bear witness to this. O Allah, make us of those who bear witness to the truth and who act with justice":after which one supplicates Allah with prayers.

18. Not to select certain verses from each Surah to recite, but rather the recite the whole Surah;

19. If one puts down the Quran, not to leave it open;

20. Not to place other books upon the Quran, this should always be higher than all other books, whether they are books of Sacred Knowledge or something else;

21. To place the Quran on one's lap when reading; or on something in front of one, not on the floor;

22. Not to wipe it from a slate with spittle, but rather wash it off with water; and if one washes it off with water, to avoid putting the water where there are unclean substances (Najaasat) or where people walk. Such water has its own inviolability, and there were those of the early Muslims before us who used water that washed away Quran to affect cures.

23. Not to use sheets upon which it has been written as book covers, which is extremely rude, but rather to erase the Quran from them with water;

24. Not to let a day go by without looking at least once at the pages of the Quran;

25. To give one's eyes their share of looking at it, for the eyes lead to the soul (Nafs), whereas there is a veil between the breast and the soul, and the Quran is in the breast.

26. Not to trivially quote the Quran at the occurrence of everyday events, as by saying, for example, when someone comes, "You have come hither according to a decree, O Moses" [Qur’an 69:24], 

Or,”Eat and drink heartily for what you have done aforetimes, in days gone by"[Qur'an 69:24], when food is brought out, and so forth; 

27. Not to recite it to songs tunes like those of the corrupt, or with the tremulous tones of Christians or the plaintiveness of monkery, all of which is misguidance; 

28. When writing the Qur'an to do so in a clear, elegant hand;

29. Not to recite it out aloud over another's reciting of it, so as to spoil it for him or make him resent what he hears, making it as if it were some kind of competition;

30. Not to recite it in marketplaces, places of clamour and frivolity, or where fools gather;

31. Not to use the Qur'an as pillow, or lean upon it;

32. Not to toss it when one wants to hand it to another;

33. Not to miniaturize the Qur'an, mix into it what is not of it, or mingle this worldly adornment with it by embellishing or writing it with gold;

34. Not to write it on the ground or on walls, as is done in some new mosques;

35. not to write an amulet with it and enter the lavatory, unless it is encased in leather, silver, or other, for then it is as if kept in the heart;

36. if one writes it and then drinks it (for cure or other purpose), one should say the Bismillah at every breath and make a noble and worthy intention, for Allah only gives to one according to one's intention;

37. And if one finishes reciting the entire Qur'an, to begin it anew, that it may not resemble something that has been abandoned. 

Etiquettes and Rules of Tilaawat:

1. To memorize one Ayah of the Quran is Fard-e-Aeen on every Mukallaf Muslim; to memorize the entire Holy Quran is Fard-e-Kafyah; to memorize Surah Fatiha and a small Surah or something similar like three small Ayahs or one long Ayah is Wajib-e-Aeen. (Dar al Mukhtar)

2. To read the Holy Quran while looking at it is better then reading without looking at it because in this case one touches the Holy Quran, sees the Holy Quran, and reads the Holy Quran and all this is Ibadah. (Bahar-e-Shariat)

3. To read the Holy Quran in the restroom and such places of impurity is not allowed (Na-Jaiz)

4. If somebody is reciting the Quran incorrectly then it is Wajib to tell him/her unless if one fears jealousy and hate. (Gunyah)

5. To memorize the Holy Quran and then to forget it is a sin.

6. It is from the etiquettes of respecting the Holy Quran that one does not put their back towards the Quran or spread their legs towards the Quran or sit in a high place when the Quran is beneath. (Bahar –e- Shari’at)

7. During recitation reflect on what you are reading. For example, when reading about punishment, one should repent; when reading about paradise; one should rejoice and pray for Jannah.

8. The way to do Sajdah of Tilaawat is as follows: If one hears or reads the Ayah of Sajdah then he should stand with the intention of performing the Sajdah of Tilaawat and say “Allaahu Akbar” and then should go straight into Sajdah and recite the Tasbih of Sajdah at least three times. Then one should say “Allaahu Akbar” and then stand up. To say Allaahu Akbar both times is Sunnah. Similarly, to stand before and after the Sajdah is Musthahab (preferable). (Dar al Mukhtar)

Reciting Qur’an whilst in Qiyaam (Standing in prayer) 

Abd-Allah Ibn ‘Amr Ibn al-‘Aas (RA)narrated that the Prophet (Sallallahu Alaihi Wasallam)said: Whoever recites ten Aayah (verses) in qiyaam will not be recorded as one of the forgetful. Whoever recites a hundred Aayah (verses) in qiyaam will be recorded as one of the devout, and whoever prays a thousand Aayah (verses) in qiyaam will be recorded as one of the muqantareen (those who pile up good deeds).” (Reported by Abu Dawood and Ibn Hibbaan. It is a hasan report. Sahih al-Attargheeb, 635)


Monday, June 12, 2017

Sufism

Die stärkste Waffe des Islam ist die Liebe

Der Sufismus legt den Islam tolerant und friedlich aus. Wir sollten ihn als Gegenpol zum islamistischen Extremismus begreifen.
Sufismus: Tanzende Derwische bei einer Zeremonie in Istanbul
Tanzende Derwische bei einer Zeremonie in Istanbul © [M] Gurcan Ozturk/AFP/Getty Images
Die Terroristen haben den Islam nicht verstanden. Mehr noch: Sie haben durch ihre rigide ultraorthodoxe Auslegung seine Bedeutung entfremdet. Der Kampf gegen den Fundamentalismus kann nur gewonnen werden, wenn man diese falsch verstandene Ideologie durch eine Annäherung an den wahren Islam ersetzt. 
Muslime sollten sich auf die friedliche und tolerante Auslegung des Islams konzentrieren, zum Beispiel, indem sie sich auf den Sufismus besinnen. Bisher findet das vielfältige Repertoire des Sufimus, seine Rituale und künstlerischen Werke in den Debatten über die richtige Reaktion auf den extremistischen Islamismus zu wenig Beachtung. 
Die aufgeklärtesten Jahrhunderte der muslimischen Zivilisation waren vom Sufismus gekennzeichnet. Daher sollte man heute die Verbreitung seiner Lehren in Schulen und Moscheen global fördern. Denn der Sufismus verkörpert einige wichtige Grundwerte der islamischen Lehre: Humanismus, Mitmenschlichkeit und Philanthropie. Mit der stärkeren Förderung der Ideen des islamischen Sufimus könnten wir nicht nur ein Gegengewicht zum Extremismus schaffen, sondern auch zur zunehmenden Islamfeindlichkeit
Syed Qamar Afzal Rizvian ist ein pakistanischer Politikwissenschaftler, Analyst und Kolumnist. Er beschäftigt sich mit Friedens- und Konfliktforschung, Konfliktvermeidung und Internationalem Recht mit Blick auf Südasien, den Mittleren Osten, die EU und die Vereinten Nationen. © privat
Die Lehre des Islam ist von zwei Denkschulen geprägt: Die erste beruht auf dem Schariat, jenen Vorgaben und Mustern, die von orthodoxen Denkern des Islam übernommen wurden und strikt verpflichtend sind. Die zweite beruht aufdem Tariqat, einer spirituellen Methodologie, die der Sufismus, der als Vorläufer einer liberalen Auslegung des Islams gilt, für sich übernimmt. 
Dschihadistische Terrorgruppen berufen sich auf die erste, also die politische Auslegung des Islam. Viele Muslime wissen um die kulturellen Auswirkungen der Globalisierung. Sie fürchten, dass aus dem Westen Vorstellungen und Lebensweisen in die eigenen Gesellschaften eindringen könnten, die vor allem die jungen Leute negativ beeinflussen könnten. Sie empfinden einige Einflüsse aus Musik oder Film als bedrohlich für die eigenen Traditionen, die eigene Identität. 
Die sufistische Auslegung des Islam gilt dagegen als moderat. Sie konzentriert sich nicht auf den Staat, sondern auf die inneren Dimensionen des Islam und die Reinigung der Seele. Das Tariqat vertritt liberale Werte, die sich in Begriffen wie Bruderschaft und Gemeinschaft widerspiegeln. 

Die Vereinigung mit Gott als höchstes Ziel

Weltweit gibt es heute rund 15 Millionen Sufis, die Umayyaden-Moschee in Damaskus gilt als ein wichtiges Zentrum dieser Richtung. Historisch ist Bagdad die Wiege des Sufi-Islams. Der persische Gelehrte Abdul Qadir Jilani (1088–1166) gründete dort die Qadri-Schule, einen Orden, der sich in der islamischen Welt weit verbreitete. Seine Anhängerschaft findet sich noch heute von Westafrika bis nach Indien. 
Der intellektuelle Sufismus wurde von den großen Mystikern Ibn al-Arabi (1165-1240) und Celaleddin Rumi (1207-1273) geprägt. Rumi, der bedeutendste persische Dichter des Mittelalters und Gründer des Ordens der tanzenden Derwische, ist der populärste Vertreter. Rumi fungierte als Brücke zwischen der westlichen Ethik und einem islamischen Verständnis von Moral. Dichter und Denker des Islams haben Rumis Poesie immer wieder aufgegriffen, um religiöse Differenzen zu beleuchten oder um mit Hilfe seiner Verse Zugang zu Fragestellungen der Moderne zu bekommen. Im Westen ist Rumis Botschaft zum Synonym für die spirituelle Vereinigung mit dem Geliebten, mit Gott, geworden. 
Für Rumi war Allah der Schöpfer und der Gott aller Menschen und aller Religionen. Trotz seiner äußerst toleranten Haltung gegenüber anderen Religionen bezog er sein Gottesbild allein aus dem Koran. 
Im Sufismus ist der Islam seit 1.500 Jahren eine gelebte Erfahrung mit vielen kulturellen und intellektuellen Variationen. Seine Praxis umfasst viel mehr als die Wörter eines heiligen Textes. 

Alle machen die gleiche intuitive Gotteserfahrung

Das Einssein mit Gott kann im Sufismus auf unterschiedliche Weise erreicht werden: über rhythmisches Tanzen und Singen, mit einer asketischen Lebensweise oder durch Andachtsübungen. Auch Praktiken, die andere Muslime als haram, als verboten ansehen, können dazugehören, der Konsum von Drogen zum Beispiel. 

Jenseits rationaler Dogmatik

Die Sufis gehen über den traditionellen Gottesbegriff radikal hinaus. Ihnen zufolge sollen sich die Mystiker aus dem herkömmlichen Glaubensbekenntnis lösen und zu einer inneren Mitte gelangen, in der alle die gleiche Gotteserfahrung machen. Ibn al-Arabi zufolge ist Gott umfassender als jede streng fixierte Vorstellung von ihm in einer heiligen Schrift und damit auch größer als der im Koran vorgestellte Gott.  
Weil er andere Religionen toleriert und den Absolutheitsanspruch der Orthodoxie kritisiert, wird der Sufismus in einigen Ländern der islamischen Welt unterdrückt und verfolgt. In Pakistan verüben Fundamentalisten immer wieder Anschläge gegen Sufi-Schreine, im Iran hatte Revolutionsführer Khomeini Sufis wegen angeblicher Sittenlosigkeit hinrichten lassen.  
Die Verfolgung hat die Bedeutung des Sufismus indes nicht geschmälert. Die islamischen Mystiker haben viel zur Entwicklung nationaler und regionaler Literatur beigetragen, in der Türkei ebenso wie in den Punjabi-, Sindhi- und Urdu-sprechenden Regionen Südasiens. Die erste religiöse Dichtung wurde von Sufis geschrieben, die darin islamische Motive mit klassischen Volksmythen vermischten. Die Sufi-Dichtung, die über die göttliche Liebe und mystische Vereinigung mit Gott reflektierte, ähnelte oft weltlichen Liebesgedichten. Auch die nicht-mystische Dichtung nutzte das Vokabular des Sufismus und schuf so eine literarische Vieldeutigkeit – was bis heute die persische, türkische und Urdu-sprachige Literatur auszeichnet. So blieben die Ideen des Sufismus lebendig
Rumi und Al-Arabi werden heute vor allem von Westlern und Muslimen im Westen in ihrer Bedeutung gewürdigt. Aber auch in der Türkei, wo die Derwischorden zwar seit 1925 verboten sind, wächst die Zahl der religiös Gebildeten, die den Sufismus schätzen, weil er zwischen den verschiedenen religiösen Denkschulen vermitteln kann. Und Marokkos König ist mit sufischen Bruderschaften in Kontakt, damit sie ihn im Kampf gegen die Fundamentalisten ideologisch unterstützen. 

Kein Gott außer Allah

Die Sufis verfolgen, wie alle anderen Muslime auch, zwei Leitgedanken: die Einheit Gottes, tawḥīd, sowie die Bezeugung, dass es keinen Gott gibt außer Allah. Vor allem der frühe Sufismus vertrat die Vorstellung einer Annäherung an Gott durch Liebe und freiwilliges Leiden, das zur Einheit des Willens führen soll. Ferner geht es um die Fähigkeit, Gott und die Schöpfung als zwei Aspekte einer Realität zu verstehen, die sich gegenseitig reflektieren und aufeinander beruhen (waḥdat al-wujūd). Für Sufis ist der universelle Referenzrahmen selbst der Beweis für die Existenz Gottes. 

Nicht im Widerspruch zum Koran

Den Mystikern zufolge muss man, um Gott kennenzulernen, zunächst sich selbst kennenlernen. Nur durch intuitives Wissen kann der Mensch zur Erleuchtung gelangen; der reine Verstand hat dazu keinen ZugangDasKonzept des Dhawq als das "Kosten von der Gotteserfahrung" gilt als essenziell, um in die Welt der Metaphysik einzutreten. Doch die Inspirationen und Enthüllungen, die Gott diesen Mystikern gewährt, dürfen nicht im Widerspruch zum Koran stehen.  
Auch wenn die Mystiker in ihrer Dichtung ihr Desinteresse oder gar Verachtung für eine traditionell-formale Auslegung der Religion ausdrücken, vergessen sie nie, dass der Islam die höchste Offenbarung der göttlichen Weisheit ist. Diese Offenbarung bleibt verbunden mit der Person des Propheten Mohammed. Auch wenn der frühe Sufismus sich sehr auf die Verbindung zwischen Gott und der Seele besonnen hat, entwickelte sich ab 700 n. Chr. eine Richtung, die sich stark auf die Figur des Propheten Mohammed konzentrierte.
Mit der Globalisierung wird das spirituelle Erbe der Sufi-Orden von vielen Menschen weitergegeben, die zu zeigen versuchen, dass die mystische Erfahrung auch mit moderner Wissenschaft zusammengeht. Heute ist der Sufismus im Westen als Teil spiritueller Praxis durchaus populär.

Gegenpol zum religiösen Extremismus

Die große Stärke des Sufismus liegt darin, dass er einen nachhaltigen Dialog zwischen den verschiedenen Glaubensrichtungen anstoßen kann. Zudem verkörpert er den Geist des säkularen Islams, dessen Ausbreitung in diesen Zeiten wichtiger ist denn je.  
Weil der Sufismus jede Form von Gewalt ablehnt, kann er als Gegenpol zum gewaltorientierten Extremismus wirken. Seine Konzepte sollten in die Bildungsprogramme der westlichen und arabischen Welt einbezogen werden. So kann der negative Einfluss von Fundamentalisten eingedämmt werden, die den wahren Geist des Islams zerstören.
Außerdem müssen westliche und arabische Denker gleichermaßen die vielen Vorurteile über den Islam dekonstruieren. Religiöse Ghettos sind gefährlich, denn sie führen zu Polarisierung und befeuern die Islamophobie im Westen. Wir brauchen eine neue Annäherung an den Islam. Das kann nur gelingen, wenn wir versuchen, den Islam wirklich zu verstehen. Die Bedeutung des Sufismus zu erkennen, wäre dafür ein wichtiger Schritt.  
Aus dem Englischen übersetzt von Andrea Backhaus. 
Haben Sie Fragen zu den Themen dieser Serie? Dann stellen Sie sie im Kommentarbereich. Wir werden versuchen, möglichst viele davon in den kommenden Beiträgen zu beantworten.

Sunday, June 11, 2017

Verbindungswörter

Linking words

Der folgende Artikel gibt eine Übersicht über eine Vielzahl von englischen Linking words (Verbindungswörter), geeignet für Konversationen und Schrifttexte.
Was sind linking words (Verbindungswörter)?
Die sprachlichen Fähigkeiten bei Klassenarbeiten im Fach Englisch gehen meist mit einer Gewichtung von 30-50% der Gesamtpunktzahl in die Bewertung ein. Linking words können verschiedene Sachverhalte auf sprachlich anspruchsvolle Weise miteinander verbinden, gegenüberstellen, vergleichen und pointieren. Doch nicht nur aus diesem Grund sollte man versuchen, eine größtmögliche sprachliche Vielfalt an den Tag zu legen. Auch im späteren Berufsleben, besonders wenn der Beruf internationalen Austausch mit sich bringt, ist eine eloquente Ausdrucksweise wichtig. Linking words sorgen für eine präzise Ausdrucksweise, die über "and", "but" und "also" hinausgeht. 
Nachfolgend eine Liste mit den wichtigsten linking words (Verbindungswörter) und einer Übersetzung in die deutsche Sprache. Beachte jedoch, dass vor allem linking words polyvalent übersetzt werden und damit gleichzeitig mehrere (ziemlich ähnliche) Bedeutungen inne haben können.

List of linking words


Linking words for ...Linking words
a summaryafter (danach) | after that (darauf) | afterwards (anschließend) | at first (zuerst) | at the beginning (am Anfang) | at the end (am Ende) | at last (zuletzt) | as (als) | before (bevor) | during (während) | finally (zuletzt) | later (später) | next (als nächstes) | previous (vorherig) | when (wann) | while (während)
giving opinionsaccording to my opinion (nach meiner Meinung) | as far as I can see (nach meiner Ansicht) | I agree, but (ich stimme zu, aber) | I believe (ich glaube) | I disagree (ich stimme nicht zu) | I think (ich denke) | I would say (ich würde sagen) | if you ask me (wenn du mich fragst) | in my estimation (meiner Einschätzung nach) | in my mind (meiner Meinung nach) | in my opinion (meines Erachtens)
giving reasonsas a consequence (infolgedessen) | as a result (aufgrund dessen) | because (weil) | because of (aufgrund) | due to (aufgrund) | ergo (demzufolge) | for the reason (aus dem Grund) | hence (daher) | in this way (auf diese Weise) | in consequence (als Folge) | this is why (deshalb) | therefore (daher) | thereby (dabei) | thus (dadurch)
contrast sth.after that (danach) | although (obwohl) | but (aber) | despite (trotz) | either ..., or ... (entweder ..., oder...) | even (sogar)| in contrast (im Gegensatz dazu) | in spite of (trotz) | on the one hand (auf der einen Seite) | on the other hand (auf der anderen Seite) | still (trotzdem) | though (obwohl) | whereas (hingegen) | while (obwohl)
adding sth.additional (zusätzlich) | additive (zusätzlich) | also (ebenfalls) | and (und) | as well as (ebenso wie) | besides (außerdem) | beyond that (darüber hinaus) | extra (zusätzlich) | firstly ..., secondly ... (erstens, zweitens) | furthermore (des Weiteren) | in addition (außerdem) | last but not least (zu guter Letzt) | moreover (darüber hinaus) | next (nächstes) | on top of this (außerdem)
compare sth.by way of example (als Beispiel) | by comparison (im Vergleich) | for example (zum Beispiel) | for once (ausnahmsweise) | for instance (beispielsweise) | in contrast (im Gegensatz) | like (wie) | such as (wie etwa) | this (dies) | includes (einschließlich)
a conclusionall in all (alles in allem) | all things considered (im Großen und Ganzen) | altogether (insgesamt) | finally (schließlich) | in conclusion (abschließend) | in sum (in wenigen Worten) | on the whole (alles in allem) | overall (insgesamt) | to put it in a nutshell (um es auf den Punkt zu bringen) | to sum it up (um es zusammenzufassen) | to summarise (zusammenfassend)

How to travel Lombok save

Remember, crimes happen not because there is intent of the culprit. But also because there is a chance to do that. So Beware! due to lots o...